Ads 468x60px

Minggu, 11 September 2011

Manipulasi Tindakan dalam Pemenuhan Kebutuhan di Bulan Ramadhan Oleh : Azam Afian Dinata Mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel SURABAYA Abstrak : dalam tulisan ini kami memuat sebagian dari teori sosial dari George Hebert Mead mengenai konsep dialektis sebuah tindakan dalam mengkonsumsi atau menentukan pilihan rasional terhadap stimulus-stimulus yang telah diberikan berbagai media maupun lainnya yang mempengaruhi sebuah tindakan seseorang. Dalam membedah stigma yang berkembang di masyarakat, dimana anggapan masyarakat bahwa di bulan ramadhan maupun syawal kebutuhan masyarakat begitu naik drastis. Dan dari tulisan ini menggambarkan bahwa naiknya kebutuhan drastis tersebut di bulan ramadhan dan syawal dikarenakan adanya impul dan stimulus yang begitu kuat sehingga terjadi manipulasi dalam diri seorang individu untuk menggunakan pilihan rasionalnya. Yang menjadikan kebutuhan yang sifatnya non primer menjadi primer. Pendahuluan Ramadhan merupakan suatu bulan yang ditunggu-tunggu oleh sebagian umat islam yang menantinya. Berbagai persiapan yang telah dilakukan oleh kaum muslim dalam menyambut bulan Ramadhan kali ini. Baik itu persiapan fisik maupun mental dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Banyak hal bagi kaum muslim yang perlu dipersiapkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan ini. Sebagaimana yang biasa kita dengar bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Maka dari kita sebagai kaum muslim harus mempersiapkan diri untuk menjemput keberkahan yang ada dibulan Ramadhan. Dua keberkahan yang diberikan oleh Allah kepada kita semua khususnya kaum muslim pada bulan Ramadhan. Dua keberkahan tersebut ialah keberkahan yang bersifat spitual dan keberkahaan yang bersifat sosial ekonomis. Keberkahan yang bersifat spiritual lebih tertuju pada suatu kegiatan yang bersifat transendental. Seperti halnya malam-malam yang istimewa dibulan suci Ramadhan yakni malam lailatul qadar. Malam yang begitu mulia ketika seorang muslim mampu mendapatkannya. Serasa hidup 83 tahun dalam sehari ketika mendapatkannya. Dan yang kedua ini adalah suatu keberkahan yang sifatnya sosial ekonomis. Keberkahan sosial ekonomis ini didapat melalui proses-proses sosial yang membudaya yang seakan-akan sudah menjadi stigma bagi masyarakat. Keberkahan yang bernilai sosial ekonomis ini bukan hanya sekedar dimiliki oleh kaum muslim. Akan tetapi keberkahan ini juga dimiliki atau diraih oleh kaum non muslim khususnya bagi para pemilik toko maupun perusahaan yang memproduksi atau yang hanya mendistribusikan sebuah barang. Lebih-lebih barang-barang yang bersifat kebutuhan pokok. Nilai kebutuhan disaat bulan ramadhan begitu melonjak pesat. Dimana hal ini terbukti sebagaimana yang dikatakan oleh Rochmah, selaku pemilik toko di salah satu mall di Surabaya yang menjual beberapa busana muslim, beliau mengatakan bahwa “I yaa mas, kalo puasa-puasa gini jualan saya bisa terjual dua kali lipat dari jumlah penjualan di bulan selain puasa” . Dari pernyataan Rochmah menunjukkan bahwa keberkahan dibulan Ramadhan itu terlihat sangat Nampak. Dengan omset penjualan yang naik hingga dua kali lipat dari bulan biasanya. Dari realitas diatas kita dapat menemukan sebuah hipotesis bahwa tingkat kebutuhan masyarakat ketika bulan puasa begitu meningkat. Adanya hipotesis yang demikian maka perlu pengkajian yang mendalam demi menemukan suatu kebenaran yang bisa di pergulatkan secara teoritis. Pembahasan Konsep Dialekstis Tindakan Para filsuf terdahulu telah menunjukkan adanya dikotomi mendasar yang terjadi antara ide dan materi. Dan pembagian itu juga yang membuat dikotomi antara kesadaran sebagai manifestasi ide dengan realitas materiil. Dalam kali ini Mead mampu mendialektiskan kedua hal tersebut yang terlihat begitu dikotomis. Yang semua ini terjawab dalam karyanya mengenai Mind, Self, and Society. Menurut Mead individu pada dasarnya merupakan makhluk yang aktif dan sensitif. Individu melakukan tindakan dalam pikiran yang bersifat abstrak atau dapat disebut dengan ide yang belum dapat diamati dan bersifat tertutup sebelum dimulainya sebuah tindakan yang sebenarnya bersifat kongkret berupa perilaku yang dapat dilihat. Pemaknaan terhadap sesuatu itu terjadi karena adanya proses sosial dan hasil dari proses interaksi dengan dirinya sendiri. Seorang akan memilih salah satu dari beberapa tawaran maupun stimulus yang tertuju kepadanya. Pada bulan syawal ini para masyarakat di sodorkan berbagai stimulus-stimulus kebutuhan hidup kita. Dimana peran media begitu sangat signifikan dalam member stimulus bagi masyarakat yang mana seolah-olah sudah harus menjadi suatu pilihan baik membeli maupun mengkonsumsinya. Hingga terkadang menjadikan kita terjun dan masuk pada stimulus yang telah diberikan. Dan dari adanya stimulus tersebut menjadikan pola pikiran kita berubah. Dimana barang yang tadinya bukan kebutuhan primer menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Mead memberikan empat tahap tindakan yang saling berhubungan yang merupakan satu kesatuan dialektis dalam menemukan pilihan rasionalnya. Keempat tahap itu yang pertama adalah Impuls, dorongan hati yang meliputi rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indra dan reaksi actor terhadap stimulasi yang diterima . Seperti halnya dibulan ramadhan, media berperran aktif dalam memberi stimulus terhadap pemirsanya yang ditangkap melalui inderanya. Sehingga stimulus tersebut diserap oleh otak dan menimbulkan feedback atau tanggapan baik itu berupa tindakan yang nyata maupun tindakan yang berorientasi hanya pada dialektika. Contoh dalam hal ini adalah ketika dibulan Ramamadhan seseorang merasakan butuh dalam mencukupi kebutuhan hidup, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk mencukupinya. Tahap kedua adalah persepsi . Persepsi ini merupakan lanjutan dari proses seseorang yang telah menerima stimulus. Persepsi ini terbentuk diawali oleh realitas yang terjadi diluar dan dibenarkan oleh pikiran kita sehingga timbul persepsi atas sesuatu. Meningkatnya jumlah kebutuhan di bulan Ramadhan pun itu merupakan persepsi. Dan persepsi seperti ini terbangun dari realitas dan budaya yang terinternalisasi di dalam diri. Tahap yang ketiga yakni manipulasi . Manipulasi merupakan wujud yang nampak akan tetapi bukan makna yang sebenarnya. Dalam arti pembohongan terhadap situasi dan kondisi yang ada. Tahap manipulasi ini tahap terpenting dalam proses tindakan. Realitas yang terjadi sekarang bahwa bulan ramadhan seakan-akan memanipulasi seluruh kebutuhan kita sehingga sebagian orang terjebak dalam ketidakharusan dalam memenuhi kebutuhan yang sifatnya non primer. Dan yang terakhir adalah tahap konsumsi . Tahap terakhir ini merupakan bagian klimaks dari sebuah dialektis seseorang melakukan atau menentukan tindakan yang bernilai rasional choice atau pilihan rasional. Dari sinilah terkadang mainset seseorang berubah dan menjadikan pola berfikir yang terbalik. Cara berfikir yang terbalik ini muncul berdasarkan makna-makna maupu persepsi yang sudah terinternalisasi terhadap diri seseorang sehingga menjadikan makna tersebut sebagai kebenaran subjektifnya dalam menentukan pilihan dalam mencukupi kebutuhannya. Kesimpulan Sebagai rangkaian penutup dari tulisan diatas, penulis dapat menyimpulkan empat poin dalam tulisan tersebut yang menjawab pertanyaan tentang meningkatnya kebutuhan masyarakat meningkat di bulan Ramadhan dan Syawal. Yang pertama adanya impuls, yaitu adanya naluri maupun dorongan hati seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Yang kedua adalah persepsi, hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang hadir dalam diri seseorang dan mampu dibenarkan oleh kinerja otak. Ketiga, manipulasi, manipulasi ini proses yang paling penting sebelum individu ini melakukan tindakan dalam menentukan pilihan rasionalnya. Manipulasi kebutuhan dibulan ramadhan inilah yang menjadikan kebutuhan meningkat begitu drastis. Dan yang terakhir adalah konsumsi atau tahap menentukan kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi. Yang dalam hal ini tidak terlepas dari ketiga tahapan tersebut. Dan dari keempat tahap ini sudah menjadi kesatuan dialektis dalam menentukan kebutuhan yang harus dipenuhi. Sumber Rujukan • Rochmah, pemilik toko , penjual baju muslim • Upe, Umbo. 2010. Tradisi Aliran dalam Sosisologi. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Minggu, 24 April 2011

Tugas Sosiologi Kebudayaan

1. Kebudayaan Batik Indonesia
Batik indonesia merupakan salah satu jenis budaya yang hingga sampai sekarang masih diproduksi dan digunakan oleh warga indonesia. Batik indonesia mempunyai ciri khas tersendiri mulai dari mode hingga sampai motif batik itu sendiri. Produksi batik dewasa ini semakin meningkat dimana batik digunakan para instansi sebagai seragam kerja yang dipakai pada hari jumat sehingga minat warga indonesia tentang batik begitu meningkat.
Sebuah hasil ide yang dihasilkan oleh manusia dikatakan kebudayaan apabila memenuhi karakteristik kebudayaan. Begitu juga dengan batik, sebuah batik dikatakan kebudayaan apa bila memenuhi karakteristik kebudayaan. Salah satu karakteristik kebudayaan yaitu sebuah Kebudayaan itu bisa di pelajari.
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar. Dia tidak diturunkan secara biologis atau pewarisan melalui unsur genetis. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia yang digerakan oleh kebudayaan dengan perilaku mahluk lain yang tingkahlakunya digerakan oleh insting. Sebaliknya kelakuan yang didorong oleh insting tidak dipelajari. Semut yang dikatakan bersifat sosial tidak dikatakan memiliki kebudayaan, walaupun mereka mempunyai tingkahlaku yang teratur. Mereka membagi pekerjaannya, untuk membuat batik yang pada sebelumnya dikerjakan melalui proses belajar. Pola kelakuan seperti ini diwarisi secara genetis. Sehubungan dengan itu, proporsi dari kelakuannya manusia yang di peroleh melalui proses belajar relatif lebih tinggi. Manusia mempunyai masa kanak-kanak yang paling panjang dari semua makhluk hidup. Mengenai jumlah dan rumitnya pola-pola kelakukan yang di pelajari dan diteruskannya kepada anaknya dengan cara yang unik untuk meneruskannya kebudayaan yaitu melalui proses pembelajaran batik. Yang kedua, yakni Kebudayaan merupakan dasar dari identitas pribadi dan masyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat sikap dan tingkahlaku seseorang maupun masyarakat itu sendiri dapat di lihat dari kebudayaannya karena setiap tingkahlaku dan tutur kata atau cara-cara berlaku seseorang atau masyarakat mencerminkan kebudayaannya masing-masing. Pada dasarnya dalam suatu kebudayaan terdapat suatu sistem simbolik yang nantinya menjadi identitas pribadi bagi masyarakat atau etnis tertentu. Setiap interaksi yang dilakukan seseorang tidak akan lepas dari pola-pola kebudayaannya karena sejak kecil manusia telah mempelajari kebudayaannya. Olehnya itu kebudayaan suatu masyarakat dapat menjadi identitas tersendiri baik secara individu maupun kelompok. Batik misalnya akan menjadi simbol-simbol kebudayaan indonesia manakala batik benar-benar muncul dari ide orang indonesia dan dikembangkan oleh bangsa indonesia. Akhir-akhir ini terjadi konflik antara indonesia dan malaysia yang dipicu oleh suatu perebutan atau pengakuan budaya indonesia terhadap malaysia. Peristiwa seperti ini sebenarnya tidak seharusnya terjadi karena sebuah budaya mempunyai ketetapan-ketetapan tersendiri sebagai identitas daerah ataupun negara. Yang ketiga ialah Kebudayaan itu bersifat dinamis. Budaya seiring dengan silih bergantinya waktu dan perkembangan zaman yang terjadi maka tidak menuntut kemungkinan bahwa sebuah kebudayaan pun akan mengalami perubahan. Seperti halnya batik, batik dizaman sekarang banyak mengalami perubahan baik dari segi model maupun dari segi motif yang sudah mengalami modifikasi demi mempertahankan kebudayaan batik itu sendiri.

2. Anomie dan Perilaku Menyimpang

• Anomie

Anomie merupakan sebuah situasi dimana nilai-nilai lama sudah hilang sedangkan nilai-nilai yang baru belum kunjung datang. Situasi anomie biasanya berada ketika sesseorang mengalami suatu tekanan-tekanan baik berupa mental, fisik maupun material yang biasa disebut dengan situasi kebingungan. Istilah anomie ini terlahir dari konsepsi sosiolog yang bernama Emile Durkheim. Salah satu contoh dari sebuah anomie adalah bunuh diri. Bunuh diri merupakan sebuah tindakan dari situasi anomie. Dimana dalam menjalani sebuah kehidupan seseorang mengalami kondisi kebingungan hingga sampai terjadi bunuh diri.
Dalam aspek ekonomi misalnya, ketika seorang yang berada dalam hidup rumah tangga tentunya banyak kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi mulai dari kebutuhan yang pokok hingga sampai kebutuhan yang tersier. Begitu banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi sedangkan ekonomi dalam keluarga sedang surut maka yang terjadi adalah keluarga tersebut terjadi kebingungan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga situasi seperti ini yang juga menjadi indikator seseorang melakukan bunuh diri.
Hal ini terbukti bahwa yang terjadi pada masyarakat kita akhir-akhir ini terjadi bunuh diri berencana dan dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Ironisnya realitas ini dikarenakan tidak kuatnya menanggung malu karena tidak mampu memenuhi berbagai kebutuhan-kebutuhan rumah tangganya.


• Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang merupakan suatu fenomena yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Fenomena ini tidak terlepas dari yang namanya seorang individu. Sebab di setiap individu tidak akan terlepas dari yang namanya perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang dapat diartikan yakni perilaku dari warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku.untuk lebih mudahnya perilaku menyimpang diartikan sebagai perilaku atau tindakan yang dilakukan seseorang di luar dari kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai atau norma yang berlaku.
Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang perilaku menyimpang kita ambil sebuah contoh salah satunya yakni perilaku mencuri. Perilaku mencuri ini dikategorikan sebuah perilaku menyimpang dikarenakan perilaku tersebut menyimpang dari aturan-aturan baik yang sudah ditetapkan negara maupun aturan-aturan yang ada dalam agama. Begitu juga ketika ada tindakan mencuri di masyarakat tentunya akan mengganggu ketentraman warga masyarakat setempat. Kejahatan yang ada dimasyarakat ini sudah tentu harus diberantas. Karena yang pertama mencuri akan merugikan diri si pencuri sendiri ketika tertangkap dan juga si pencuri tidak akan terlepas dari perasaan was-was yang selalu menghantuinya. Yang kedua, merugikan bagi orang yang dicuri karena merasa kehilangan barang atau hak yang seharusnya dimiliki. Yang ketiga yaitu citra keamanan warga setempat akan semakin menurun.
Seorang pencuri bisa juga disebut sebagai penyimpangan jamak atau penyimpangan yang melibatkan lebih dari satu penyimpangan yang dikarenakan profesi sebagai pencuri acap kali juga seorang alkoholik maupun pelaku tindak kekerasan. Pencurian dapat dikategorikan sebuah tindakan kriminal sebab pencurian merupakn tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatanorang lain.

Sabtu, 19 Maret 2011

Kamis, 20 Januari 2011

Definisi Fungsionalisme Struktural


Oleh : Azam Afian Dinata

Banyak orang percaya bahwa fungsionalisme struktural merupakan teori sosiologi yang dominan. Pendapat serupa itu misalnya dikemukakan oleh Robert Nisbet sebagaimana dikutip oleh Turner dan Maryanski yang mengatakan bahwa teori fungsionalisme struktural merupakan salah satu teori yang sangat penting di abad ini didalam ilmu-ilmu sosial (Turner dan Maryanski, 1979:xi). Bahkan yang lebih ekstrim lagi bahwa Kingsley Davis mengatakan bahwa setiap analisa yang bukan analisa sosial maka bukanlah analisa sosiologis. Dengan pernyataan Davis ini tentunya menimbulkan perdebatan-perdebatan yang cukup sengit, karena bbanyak sosiolog yang menolak berada di bawah naungan fungsionalisme struktural dan tidak setujunya sebagian sosiolog dengan penyataan Davis yang menyamakan analisa sosiologis dengan analisa fungsionalisme struktural.
Sebenarnya apa sih fungsionalisme strutural itu ?. Marilah kita kupas tentang definisi fungsionalisme strutural.
Fungsionalisme struktural adalahsalah satu paham atau ajaran mengenai perspektif sosiologi yanng memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama yang lain dan bagian yang satu tidak akan berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Perkembangan fungsionalisme di dasarkan atas model perkembangan sebuah sistem organisme yang didapat dalam biologi (Theodorson, 1969).

Asumsi dasar dari teori fungsionalisme struktural ini bagaimana menciptakan suatu equilibrium atau keseimbangan dalam suatu sistem dengan menjalankan fungsi masing-masing dari setiap elemen maupun unsur dalam sebuah sistem. Agar lebih jelasnya marilah kita melihat suatu realitas perusahaan sebagai analisa kita untuk memahami fungsionalisme struktural. Dalam sebuah perusahaan terdapat sebuah struktur-struktur atau jabatan-jabatan tertentu yang ditempati oleh individu, seperti Bozz, Manager, Admin, Karyawan, Marketing, Ofice Boy dll. Dari semua struktur yang ada pada perusahaan tersebut. Masing-masing struktur mempunyai fungsi-fungsi tersendiri sebagai mana untuk melancarkan dan menciptakan equilibrium dalam suatu perusahaan tersebut. Dalam fungsionalisme struktural perusahaan tersebut akan berjalan dengan lancar apabila masing-masing dari struktur suatu perusahaan tersebut berjalan sesuai fungsinya dengan baik. Dalam arti jabatan Bozz menjalankan fungsinya sebagai Bozz, jabatan Manager berjalan dengan fungsinya. Begitu juga dengan struktur-struktur yang lain dalam suatu perusahaan. Begitu juga sebaliknya ketika struktur-struktur dalam perusahaan tersebut tidak berfungsi sesuai dengan fungsinya maka sistem dalam perusahaam tersebut akan rusak bahkan hilang dengan sendirinya. Dalam arti ketika ada satu struktur perusahaan yang tidak menjalankan fungsinya maka akan mempengaruhi secara keseluruhan dalam sistem perusahaan.
Begitu juga dalam masyarakat yang lebih luas lagi, semisal Negara,setiap negara terdapat elemen-elemen maupun institusi-institusi. Diantaranya Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya dll akan menjapai titik equilibrium sebuah sistem negara apabila dari institusi-institusi negara tersebut bisa berfungsi sesuai dengan fungsinya.
Lebih dari itu fungsionalisme struktural menganggap bahwa segala sesuatu didalam masyarakat merupakan ada fungsinya. Termasuk seperti kemiskinan, peperangan maupun kematian. Seperti apa yang dikatakan Herbert Ganz bahwa “kemiskinan fungsi tersendiri bagi orang kaya”. Dan patut kita sadari bahwa kemiskinan mempunyai fungsi bagi orang kaya untuk menciptakan mekanisme dalam bekerja yang esensinya menimbulkan hubungan simbiosis mutualisme. Akan tetapi kemiskinan tidak berfungsi pada orang yang miskin. Maka dari itu kita sebagai ilmuwan sosial lebih-lebih orang yang mendalami ilmu sosiologi harus kritis dan mencoba untuk skeptis dalam memahami relita masyarakat.

Senin, 17 Januari 2011

FUNGSIONALISME STRUKTURAL-Teori Stratifikasi Sosial


Teori Fungsionalisme Tentang Stratifikasi

Salah satu karya yang cukup terkenal dari fungsionalisme struktural ialah teori fungsionalisme struktural tentang stratifikasi sosial. Teori ini dikemukakan oleh Kingsley Davis dan Wilbert Moore. Davis dan Moore menganggap bahwa stratifikasi sosial sebagai satu kenyataan yang universal yang diperlukan untuk memepertahankan keberlangsungan hidup suatu masyarakat. Mereka berpendapat bahwa tidak ada masyarakat yang tidak punya sistem stratifikasi sosial. Karena stratifikasi sosial tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Akan tetapi stratifikasi yang dimaksud bukannya individu-individu yang ada didalam stratifikasi itu, melainkan sistem posisi-posisi yang mengandung prestise-prestise yang berbeda-beda didalam masyarakat dan bukannya pada individu-individu yang menduduki posisi tertentu.
Maka dari itu para pendukung teori ini melakukan usaha bagaimana memotivasi masyarakat dan menempatkan orang-orang kedalam posisi-posisi yang tepat didalam sistem stratifikasi. Disini ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni : pertama, bagaimana masyarakat membangkitkan didalam individu-individu yang tertentu keinginan untuk menduduki posisi tertentu. Kedua, setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang cocok untuk stratifikasinya, selanjutnya bagaimana masyarakat membangkitkan didalam diri orang itu keinginan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituntut oleh posisi itu atau bagaimana ia menjalankan tugas-tugas sesuai dengan posisinya itu.

Persoalan penempatan orang-orang ke dalam posisi yang tepat muncul ke permukaan karena tiga alasan. Pertama, ada posisi tertentu yang lebih nyaman dibandingkan dengan posisi-posisi yang lainnya. Kedua, ada posisi-posisi tertentu yang penting untuk menjaga keberlangsungan hidup suatu masyarakat dibandingkan dengan posisi-posisi lainnya. Ketiga, posisi-posisi di dalam masyarakat menuntut sejumlah bakat dan kemampuan tertentu. Itulah sebabnya penempatan orang kedalam posisi-posisi tertentu menjadi persoalan.

Davis dan Moore lebih memusatkan analisanya pada posisi-posisi yang mempunyai fungsi yang penting dalam menjaga keberlangsungan hidup masyarakat. Menurut mereka, posisi-posisi tinggi didalam stratifikasi sosial dianggap sebagai posisi-posisi yang kurang menyenangkan tetapi sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup masyarakat dan membutuhkan bakat dan kemampuan yang besar. Oleh karena itu masyarakat menambahkan didalam posisi itu ganjaran-ganjaran (reward) sehingga orang-orang yang bekerja didalam posisi itu dapat melakukan pekerjaannya sesuai dengan posisinya dan rajin. Sebaliknya, posisi-posisi yang lebih rendah lebih menyenangkan tetapi kurang penting dan tidak membutuhkan bakat dan kemampuan khusus untuk melaksanakannya. Masyarakat juga tidak menganggap terlalu penting bahwa orang-orang yang menduduki psosisi-posisi itu harus melaksanakan tugasnya dengan rajin.

Agar posisi-posisi tinggi dan berat itu diduduki oleh orang-orang tertentu, maka masyarakat harus menyiapkan bagi posisi-posisi itu berbagai macam reward atau ganjaran, seperti prestise yang besar, gaji yang tinggi, dan kenikmatan. Misalnya, supaya kebutuhan dokter terjamin maka masyarakat menyiapkan berbagai ganjaran untuk mereka seperti prestise, gaji dan kenikmatan hidup. seseorang tidak akan menghabiskan waktu dan tenaga melakukan studi ilmu kedokteran yang berat, lama, dan mahal, kalau posisi itu tidak memberi ganjaran atau reward yang tingi kepada posisi dokter tersebut. Jadi, orang-orang yang menduduki posisi penting harus mendapat ganjaran supaya posisi itu tetap terisi. Kalau tidak, orang tidak bakal ingin mengisi posisi itu.

Fungsionalisme struktural tentang stratifikasi sosial juga mendapat banyak kritikan dari lawan-lawannya. Seperti halnya pada setiap teori pasti ada bias atau kritikan mengenai teori tersebut. Adapun kritik-kritik yang paling menonjol adalah:
1. Teori fungsionalisme struktural melanggengkan posisi-posisi khusus yang memiliki kekuasaan, prestise, dan kekayaan. Hal ini terjadi karena mereka berpendapat bahwa posisi-posisi itu layak mendapatkan kekuasaan, prestise, atau kekayaan demi keberlangsungan hidup masyarakat.
2. Teori ini juga menekankan perbedaan pentingnya posisi-posisi dalam menunjang keberlangsungan hidup masyarakat. Misalnya, manager perusahaan lebih penting dari pada tukang sampah. Persoalannya ialah apakah benar demikian? Walaupun dibayar rendah, kelihatannya posisi tukang sampah lebih penting untuk keberlangsungan hidup suatu masyarakat daripada seorang manajer di kantornya.
3. Kalaupun ada posisi penting di dalam masyarakat, mereka tidak selalu mendapat ganjaran yang besar sesuai dengan posisinya. Seorang perawat, misalnya, pasti mempunyai posisi penting untuk keberlangsungan hidup suatu masyarakat, namun dia dibayar lebih rendah dari intang film yang posisinya sama sekali kurang penting untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
4. Apakah benar bahwa masyarakat kekurangan orang-oranng yang mampu menduduki posisi tingkat tinggi? Dalam kenyataannya, banyak orang yang dihalangi atau terhalang untuk dididik guna mencapai posisi-posisi tinggi itu sekalipun mereka mempunyai kemampuan. Dalam dunia kedokteran, misalnya, selalu ada usaha untuk membatasi jumlah dokter dengan segala macam cara. Selain itu banyak orang yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk menduduki posisi tinggi sekalipun jelas bahwa mereka mempunyai kemampuan dan bisa memberikan kontribusi terhadap masyarakat. Dalam kenyataannya, orang-orang yang menduduki posisi tinggi selalu berusaha untuk tetap bertahan di dalamnya posisinya karena kepentingan-kepentingan pribadi.
5. Kita tidak harus menawarkan prestise, kekuasaan dan harta supaya orang mau menduduki posisi-posisi tertentu. Orang bisa juga termotivasi untuk menduduki posisi tertentu karena kepuasan yang mereka peroleh dari pekerjaannya atau karena mereka menddapat kesempatan untuk melakukan pelayanan.